Dua Wanita Komprador Asing Tinggalkan Negerinya
Indonesian Free Press -- Bulan lalu Mantan PM Thailand Yingluck Shinawatra berjanji kepada para pendukungnya akan 'bertempur habis-habisan' di pengadilan atas dakwaan yang menjeratnya. Namun ternyata ia sudah pergi meninggalkan mereka dalam kebingungan, bahkan sebelum sidang dimulai.
"Kalian harus menunggu dan melihat sendiri. Saya akan menghadapi persidangan sampai akhir. Kita akan bertemu di sana," katanya kepada pendukungnya melalui The Bankok Post bulan lalu.
Hari Jumat kemarin (25 Agustus) adalah persidangan pertama kasus yang menjeratnya di Mahkamah Agung, namun ternyata ia sudah berada di luar negeri untuk menghindari risiko dipenjara selama 10 tahun. Sampai hari Minggu (27 Agustus) keberadaannya masih dalam misteri. Para pembantu dekatnya di Partai Pheu Thai mengaku tidak mengetahuinya kecuali bahwa ia telah mengirim surat ke pengadilan bahwa dirinya sedang sakit. Sejumlah media mengabarkan ia berada di Dubai dimana keluarga Shinawatra memiliki salah satu rumah mewahnya di luar negeri. Namun media-media lainnya menambahkan bahwa ia tengah berusaha mendapatkan suaka di Inggris.
Dan atas ketidak hadirannya itu, Yingluck diganjar hukuman denda $900.000 atau lebih dari Rp 12 miliar. Ia juga meninggalkan kekecewaan para pendukungnya yang ingin melihatnya berjuang di pengadilan.
“Madam, Anda harus bertempur sampai akhir. Mereka (regim) mengeluarkan surat perintah penangkapan dan mengumumkan akan menyita uang jaminan Anda sebesar 30 juta baht. Ini melukai hati saya,” tulis seorang pendukung setianya di jejaring sosial.
Yingluck adalah contoh pemimpin korup yang lebih mementingkan keuntugan pribadi, keluarga dan pendukung-pendukungnya dengan menjadi agen kepentingan asing. Ia dikudeta oleh militer negara itu tahun 2014 setelah diketahui berusaha melakukan langkah politik untuk membebaskan kakak kandungnya yang juga mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dari tuntutan hukum atas dugaan korupsi. Thaksin, mantan pemilik klub sepakbola terkenal Manchester City dan pemilik sejumlah rumah mewah dan pesawat jet pribadi itu sudah terlebih dahulu meninggalkan negaranya tahun 2006 setelah militer mengkudetanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan.
Kasus korupsi yang menjerat Yingluck adalah pembelian beras petani dengan harga di atas kewajaran yang merugikan keuangan negara hingga miliaran dollar. Tahun lalu pemerintah meminta Yingluck untuk mengganti kerugian sebesar $1 miliar untuk menghentikan kasusnya, namun Yingluck justru protes karena pemerintah telah menyita uangnya di bank ketika persidangan baru dimulai.
Pada hari yang sama Yingluck harus hadir dalam ruang sidang, pengadilan menetapkan hukuman bagi sejumlah orang yang terlibat dalam kejahatan Yingluck. Lima di antara mereka adalah pejabat dalam pemerintahan Yingluck yang divonis penjara 24 hingga 42 tahun.
Sementara itu, seperti dilaporkan The Panam Post, 22 Agustus, Jaksa Agung yang baru saja dipecat oleh parlemen Venezuela, Luisa Ortega Díaz, telajh berada di Amerika untuk mencari suaka setelah sebelumnya berada di Kolombia. Ia meninggalkan negerinya setelah polisi menggeledah rumahnya karena tuduhan korupsi. Polisi kemudian memamerkan barang-barang mewah yang ditemukan di rumahnya, seperti pakaian dan perhiasan, benda-benda seni dan anggur mahal.
Diaz meninggalkan negerinya dengan menggunakan kapal kecil yang berlayar menyusuri pantai Paraguaná menuju Pulau Aruba di Laut Karibia. Dari sini, ia diterbangkan ke Bogota, Kolombia, negara sekutu dekat Amerika yang terlibat konflik perbatasan dengan Venezuela.
Jadi, kapan Madam Ani mengikuti jejak mereka?(ca)
"Kalian harus menunggu dan melihat sendiri. Saya akan menghadapi persidangan sampai akhir. Kita akan bertemu di sana," katanya kepada pendukungnya melalui The Bankok Post bulan lalu.
Hari Jumat kemarin (25 Agustus) adalah persidangan pertama kasus yang menjeratnya di Mahkamah Agung, namun ternyata ia sudah berada di luar negeri untuk menghindari risiko dipenjara selama 10 tahun. Sampai hari Minggu (27 Agustus) keberadaannya masih dalam misteri. Para pembantu dekatnya di Partai Pheu Thai mengaku tidak mengetahuinya kecuali bahwa ia telah mengirim surat ke pengadilan bahwa dirinya sedang sakit. Sejumlah media mengabarkan ia berada di Dubai dimana keluarga Shinawatra memiliki salah satu rumah mewahnya di luar negeri. Namun media-media lainnya menambahkan bahwa ia tengah berusaha mendapatkan suaka di Inggris.
Dan atas ketidak hadirannya itu, Yingluck diganjar hukuman denda $900.000 atau lebih dari Rp 12 miliar. Ia juga meninggalkan kekecewaan para pendukungnya yang ingin melihatnya berjuang di pengadilan.
“Madam, Anda harus bertempur sampai akhir. Mereka (regim) mengeluarkan surat perintah penangkapan dan mengumumkan akan menyita uang jaminan Anda sebesar 30 juta baht. Ini melukai hati saya,” tulis seorang pendukung setianya di jejaring sosial.
Yingluck adalah contoh pemimpin korup yang lebih mementingkan keuntugan pribadi, keluarga dan pendukung-pendukungnya dengan menjadi agen kepentingan asing. Ia dikudeta oleh militer negara itu tahun 2014 setelah diketahui berusaha melakukan langkah politik untuk membebaskan kakak kandungnya yang juga mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dari tuntutan hukum atas dugaan korupsi. Thaksin, mantan pemilik klub sepakbola terkenal Manchester City dan pemilik sejumlah rumah mewah dan pesawat jet pribadi itu sudah terlebih dahulu meninggalkan negaranya tahun 2006 setelah militer mengkudetanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan.
Kasus korupsi yang menjerat Yingluck adalah pembelian beras petani dengan harga di atas kewajaran yang merugikan keuangan negara hingga miliaran dollar. Tahun lalu pemerintah meminta Yingluck untuk mengganti kerugian sebesar $1 miliar untuk menghentikan kasusnya, namun Yingluck justru protes karena pemerintah telah menyita uangnya di bank ketika persidangan baru dimulai.
Pada hari yang sama Yingluck harus hadir dalam ruang sidang, pengadilan menetapkan hukuman bagi sejumlah orang yang terlibat dalam kejahatan Yingluck. Lima di antara mereka adalah pejabat dalam pemerintahan Yingluck yang divonis penjara 24 hingga 42 tahun.
Sementara itu, seperti dilaporkan The Panam Post, 22 Agustus, Jaksa Agung yang baru saja dipecat oleh parlemen Venezuela, Luisa Ortega Díaz, telajh berada di Amerika untuk mencari suaka setelah sebelumnya berada di Kolombia. Ia meninggalkan negerinya setelah polisi menggeledah rumahnya karena tuduhan korupsi. Polisi kemudian memamerkan barang-barang mewah yang ditemukan di rumahnya, seperti pakaian dan perhiasan, benda-benda seni dan anggur mahal.
Diaz meninggalkan negerinya dengan menggunakan kapal kecil yang berlayar menyusuri pantai Paraguaná menuju Pulau Aruba di Laut Karibia. Dari sini, ia diterbangkan ke Bogota, Kolombia, negara sekutu dekat Amerika yang terlibat konflik perbatasan dengan Venezuela.
Jadi, kapan Madam Ani mengikuti jejak mereka?(ca)