Indonesian Free Press -- Turki akan meningkatkan kerjasama militer dengan Iran setelah kedatangan kepala staff gabungan Iran ke Turki minggu lalu. Demikian pernyataan Jubir Kepresidenan Turki seperti dilansir kantor berita Iran ABNA, Sabtu (19 Agustus).
Kepala Staff Gabungan Iran Jendral Mohammad Baqeri bertemu dengan Presiden Erdogan hari Rabu (16 Agustus). Ia juga bertemu dengan para pejabat tinggi Turki lainnya dalam apa yang disebut media-media Turki sebagai kunjungan pertama Panglima Angkatan Bersenjata Iran sejak Revolusi Iran tahun 1979.
Jubir Kepresidenan Ibrahim Kalin menyebut kunjungan itu sebagai 'sukses' dan 'berbuah manis'. Kedua pihak membahas berbagai isyu seperti perang melawan ISIS, kontra-terorisme serta kerjasama Iran-Turki-Rusia dalam memulihkan perdamaian di Suriah.
“Sebuah kesepakatan telah dicapai untuk menggelar pertemuan-pertemuan tingkat tinggi lanjutan,” kata Kalin kepada para wartawan.
"Sejumlah aksi juga akan dilakukan untuk meningkatkan kerjasama militer," tambahnya.
Baqeri yang memimpin delegasi militer Iran tiba di Turki pada hari Selasa pagi sebelum bertemu Erdogan di Ankara sehari kemudian. Setelah itu, ia berkunjung ke Istambul untuk bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi politik dan militer lainnya.
Meski sempat berlawanan dalam konflik Suriah, kedua negara bersama Rusia telah terikat dalam perjanjian kerjasama trilateral untuk menyelesaikan konflik Suriah secara damai. Ketiga negara berhasil mempertemukan pemerintah Suriah dengan kelompok-kelompok oposisi di ibukota Kazakhstan, Astana, tanpa melibatkan Amerika dan sekutu-sekutunya.
Kunjungan Jendral Baqeri hanya berselang beberapa hari sebelum kunjungan Menhan Amerika Jim Mattis ke Turki. Hubungan Amerika dan Turki berada di titik terendah dimana keduanya berselisih tentang status kelompok Kurdi Suriah yang berjuang untuk menegakkan kedaulatan di perbatasan Suriah-Turki. Turki memandang kelompok Kurdi sebagai ancaman dan teroris, sementara Amerika menganggapnya sebagai sekutunya.(ca)
Kepala Staff Gabungan Iran Jendral Mohammad Baqeri bertemu dengan Presiden Erdogan hari Rabu (16 Agustus). Ia juga bertemu dengan para pejabat tinggi Turki lainnya dalam apa yang disebut media-media Turki sebagai kunjungan pertama Panglima Angkatan Bersenjata Iran sejak Revolusi Iran tahun 1979.
Jubir Kepresidenan Ibrahim Kalin menyebut kunjungan itu sebagai 'sukses' dan 'berbuah manis'. Kedua pihak membahas berbagai isyu seperti perang melawan ISIS, kontra-terorisme serta kerjasama Iran-Turki-Rusia dalam memulihkan perdamaian di Suriah.
“Sebuah kesepakatan telah dicapai untuk menggelar pertemuan-pertemuan tingkat tinggi lanjutan,” kata Kalin kepada para wartawan.
"Sejumlah aksi juga akan dilakukan untuk meningkatkan kerjasama militer," tambahnya.
Baqeri yang memimpin delegasi militer Iran tiba di Turki pada hari Selasa pagi sebelum bertemu Erdogan di Ankara sehari kemudian. Setelah itu, ia berkunjung ke Istambul untuk bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi politik dan militer lainnya.
Meski sempat berlawanan dalam konflik Suriah, kedua negara bersama Rusia telah terikat dalam perjanjian kerjasama trilateral untuk menyelesaikan konflik Suriah secara damai. Ketiga negara berhasil mempertemukan pemerintah Suriah dengan kelompok-kelompok oposisi di ibukota Kazakhstan, Astana, tanpa melibatkan Amerika dan sekutu-sekutunya.
Kunjungan Jendral Baqeri hanya berselang beberapa hari sebelum kunjungan Menhan Amerika Jim Mattis ke Turki. Hubungan Amerika dan Turki berada di titik terendah dimana keduanya berselisih tentang status kelompok Kurdi Suriah yang berjuang untuk menegakkan kedaulatan di perbatasan Suriah-Turki. Turki memandang kelompok Kurdi sebagai ancaman dan teroris, sementara Amerika menganggapnya sebagai sekutunya.(ca)
0 comments:
Post a Comment